Senin, 07 April 2014

Ekonomi Liberal dan Perdagangan Internasional


Konsep dasar dari Liberalisme sendiri adalah kebebasan. Jadi ekonomi liberalisme paham yang menyatakan bahwa peran pemerintah dalam berjalannya pasar harus dibatasi bahkan dihilangkan. Jadi setiap orang berkompetisi dalam pasar tanpa ada campur tangan pemerintah. Karena menurut Adam Smith, salah satu tokoh pendukung paham ini, bahwa dalam pasar bebas ini terdapat "invisible hands" yang mengatur jalannya pasar. Paham ekonomi liberal ini sendiri berkembang di eropa pada abad 17-18. Prinsip dasar dari Ekonomi Liberal ini sendiri menyatakan bahwa individu adalah aktor yang rasional. Mereka dapat bekerja sama antar negara maupun individu yang bersifat membangun. Sehingga menghasilkan Positive sum-game, masing-masing pihak mendapat keuntungan. Jadi, dalam paham ini adalah adanya kebebasan pasar. Pasar yang kompetitif menimbulkan terjadinya produksi, pertukaran dan distribusi dalam pasar. Tidak ada campur tangan dari negara, karena menurut mereka campur tangan negara dapat mengurangi efisiensi dari perekonomian.

Tetapi ada beberapa tokoh yang tidak setuju dalam hal ini, seperti John Maynard Keynes. Keynes beranggapan bahwa di dalam pasar tetap harus ada campur tangan dari negara. Menurut dia, "invisible hand" ini dapat menciptakan kegagalan pasar, maka dari itu negara harus tetap ikut campur dalam pasar. Paham ini disebut sebagai Keynesian Economics. Lalu sekitar tahun 1970an muncul paham Neo-liberalism oleh Milton Friedman dan Friedrich Hayek. Paham ini menentang paham Keynesian Economics dan mendukung ide Smith dan Ricardo tentang pasar bebas. Paham ini menyebar luas pada masa Presiden Amerika Serikat dipimpin oleh Ronald Reagan dan Perdana Menteri Inggris Thatcer. Mereka mempraktekan paham ini dengan mengurangi peran negara dalam aktivitas ekonomi dan banyak memprivatisasi perusahaan-perusahaan nasional, karena memang ini adalah ciri dari paham neo-liberalism. Dengan memprivatisasi perusahaan-perusahaan nasional, beban negara berkurang dalam membiayai dan mengurus perusahaan tersebut.

Lalu sekitar tahun 1980an, terjadi krisis di Amerika Latin yang membuat jalur expansi masuknya paham Neo-liberalism di benua Amerika yang selanjutnya masuk ke Asia. Krisis Amerika Latin memaksa beberapa negara berkembang disekitar menggunakan Structural Adjustment Program (SAP) yang diusulkan oleh IMF dan World Bank. SAP terkait dengan ide Neo-liberalisme tentang pasar bebas, perdagangan bebas, mengurangi peran negara dalam perekonomian dan privatisasi. Lalu ide ini diketahuin sebagai "Washington Consensus". Washington Consensus juga pernah digunakan di wilayah Asia pada saat krisis menimpa Asia pada 1997-1998. untuk menyelamatkan negara dari krisis, seperti Indonesia, Malaysia dan Thailand menggunakan perbaikan ekonomi usulan Washingtin Consensus. Tetapi sayangnya ini tidak berhasil menyelesaikan masalah krisis di Asia. Kegagalan Washington Consensus ini menuai kritik dikalang ekonom, sehingga diubah menjadi post-Washington Consensus yang idenya mirip dengan Keynesian Economic. Lalu, ide ini juga disebut sebagai Neo-Keynesian.

Paham Ekonomi Liberal ini mempengaruhi apa yang terjadi sekarang ini. Era Globalisasi sekarang mempermudah masuknya paham-paham seperti kapitalisme yang mengusung konsep perdagangan bebas. Indonesia pun juga terkena dampaknya. Pada tahun 2015 nanti akan diadakan perdagangan bebas di ASEAN. saat ini terjadi, bisa dibayangkan. Arus barang dan jasa bebas keluar masuk tanpa hambatan. Orang malaysia bebas berjualan di Indonesia, orang Indonesia bebas berjualan di Malaysia tanpa dipungut bea cukai di pelabuhan. Begitu pula sektor jasa, perusahaan mana pun bebas mencari tenaga kerja dari negara mana yang paling murah dan terampil. Orang Indonesia bebas mau bekerja di perusahaan di negara ASEAN lain. Bebas tanpa hambatan, tanpa tarif. Arus barang dan jasa, investasi dan modal, bebas keluar masuk. inilah namanya perdagangan bebas, tidak perlu lagi berurusan dengan kantor bea cukai, birokrasi atau terkena tarif mahal untuk menjual barang ke negara ASEAN lainnya. http://medanbisnisdaily.com/news/read/2014/02/27/81491/menyambut_perdagangan_bebas_asean_2015/

Sudah tidak bisa dipungkiri lagi bahwa memang sekarang sudah jamannya Globalisasi. Semua negara diseluruh dunia terkena dampaknya, termasuk Indonesia. Untuk itu, Indonesia harus bisa berbenah untuk menghadapi pasar bebas yang sekarang. jangan jadi penonton di negeri sendiri. banyak hal yang harus dibenahi Indonesia untuk dapat bersaing, seperti SDM  maupun kualitas produk dalam negeri. Sehingga Indonesia dapat memanfaatkan keadaan ini semaksimal mungkin.


Praditya Dewangga
1701351862
02PD3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar